JAKARTA – Gelombang eksodus dari Myanmar dilakukan oleh etnik Rohingya selama beberapa dekade. Berbagai faktor pemicu membuat mereka kini terdampar di perairan Thailand, Malaysia dan Indonesia dengan kekurangan pasokan makanan dan air.
Siapa sebenarnya etnik Rohingya? Mereka adalah keturunan pedagang Arab yang telah berada di wilayah Myanmar selama beberapa generasi, pemerintah Myanmar mengatakan mereka bukan kelompok etnis asli tapi sebenarnya pengungsi dari Bengali. Menurut Burmese Rohingya Organisation UK (Brouk) atau organisasi Rohingya di Inggris, Pemerintah Myanmar selalu membuat kebijakan yang menekan kelompok etnik Rohingya sejak 1970-an.
Menurut pernyataan Brouk, etnik Rohingya tidak diberikan hak layanan dasar sebagai warga negara dan gerakan mereka sangat dibatasi. Represi terhadap warga Rohingya secara bertahap meningkat sejak proses reformasi yang diperkenalkan oleh Presiden Thein Sein pada tahun 2011. Pada bulan Juni dan Oktober 2012 ada serangan besar-besaran di Rohingya di negara bagian Rakhine menyusul pemerkosaan terhadap seorang wanita oleh geng buddish.
Dalam catatan badan pengungsi PBB, UNHCR, dalam tiga tahun terakhir, lebih dari 120.000 orang Rohingya telah melarikan diri ke luar negeri dengan kapal. Dalam kuartal pertama tahun 2015 ini, sudah 25.000 etnik Rohingya meninggalkan Myanmar. Angka ini sekitar dua kali lipat lebih banyak dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Antara 40-60% dari 25.000 pengungsi diperkirakan berasal dari Rakhine.
Organisasi internasional untuk migrasi, International Organization for Migration (IOM) melaporkan bahwwa sebanyak 8.000 pengungsi dari Bangladesh dan Myanmar terdampar di laut.
Menurut IOM, mereka berada di laut setelah Pemerintah Thailand mengobrak-abrik kamp-kamp penyelundup yang sebelumnya menahan mereka dan memperdagangkan mereka. Di kamp-kamp tersebut, penyeludup memberlakukan mereka tidak manusiawi.
Mereka keluar dari kamp-kamp tersebut apabila ada pesanan tenaga kerja dari beberapa jaringan penyeludup dari beberapa negara. Mereka diseludupkan sebagai pendatang haram. Berkerja di sebagai buruh di bidang apa saja dengan penghasilan yang jauh dari layak. Bahkan cenderung terjebak pada perbudakkan.
Karena para penyeludup sudah mendapat tekanan dari penegak hukum di Thailand, untuk menghilangkan jejak akhirnya mereka mengosongkan kamp-kamp mereka dan mengirim pengungsi Rohingya dan Bangladesh itu ke laut. Jadilah mereka manusia perahu, yang terombang-ambing di bawa arus ke beberapa negara. – BBC