
PASUKAN Israel (IDF) memerintahkan puluhan ribu warga sipil Palestina di wilayah Rafah yang dipadati pengungsi untuk keluar dari kota dekat perbatasan dengan Mesir itu, mengindikasikan serangan pasukan darat akan segera berlangsung.
Tidak kurang dari Amerika Serikat, konco dekat Israel, juga negara-negar Uni Eropa, ikut membujuk agar otoritas negara Yahudi itu mengurungkan serangan darat ke Rafah yang berisiko jatuhnya lebih banyak korban warga sipil.
Sebaliknya, bagi Israel, seperti berulang kali disampaikan oleh PM Benjamin Netanyahu, serbuan pasukan darat ke Rafah mutlak harus dilakukan untuk memastikan kelompok Hamas berhasil ditumpas sehingga tidak ada lagi ancaman terhadap negerinya.
Rencana Israel untuk menyerang Rafah telah menimbulkan kekhawatiran global karena potensi kerugian bagi lebih dari satu juta warga sipil Palestina yang mengungsi di sana.
Dikutip dari AP News, Senin (6/5), Jubir IDF Letkol Nadav Shoshani menyebutkan, sekitar 100 ribu orang diperintahkan untuk pindah ke Muwasi, zona kemanusiaan terdekat dari Rafah dan pasukan Israel sedang mempersiapkan “operasi terbatas” ke Rafah.
Serangan kilat Hamas ke wilayah Israel selatan, 7 Oktober lalu menewaskan 1.200 warga Israel dan menyandera 240 orang (sebagian sudah dilepaskan), dibalas dengan bombardemen masif ke Gaza utara selang sehari kemudian (8 Okt.) yang sampai kini sudah menewakan 35.500 warga Palestina dan melukai 70.000-an lainnya.
Alot negosiasi gencatan senjata
Upaya mediasi yang dilancarkan AS dan Mesir dan Qatar terkait gencatan senjata sejauh ini belum menunjukkan titik terang, karena baik Israel mau pun Hamas sama-sama ngotot dengan persyaratan masing-masing.
Israel meminta agar seluruh sandera yang masih berada di tangan Hamas dilepaskan, sebaliknya Hamas menuntut dilakukannya gencatan senjata tanpa menyebut isu pembebasan sandera.
Sementara Menhan Israel Yoav Gallant menuding Hamas tidak serius dengan kesepakatan tersebut dan memperingatkan operasi besar-besaran dalam waktu dekat di Rafah setelah Hamas menyerang titik persimpangan utama Israel, Minggu (5/5), menewaskan tiga tentara.
Potensi serangan darat Israel ke Rafah direspons Arab Saudi dengan menaikkan harga minyak mentah berjangka jenis Brent, yang menurut Reuters, naik 34 sen, atau 0,4 persen menjadi $83,30 (Rp 1,25 juta) per barel pada pukul 05.18 GMT.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS berada di $78,45 per barel, naik 34 sen, atau 0,4 persen. Harga jual resmi (OSP) untuk minyak mentah Saudi yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada Juni, menandakan ekspektasi permintaan yang kuat di musim panas ini.
Serangan darat Israel ke Rafah agaknya sudah di depan mata, tidak ada yang bisa mencegahnya. (berbagai sumber/ns).