Pentingnya Tadabbur Al-Qur’an di Bulan Ramadan

0
116
Ilustrasi Al-Qur'an. (Foto: iStock)

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang istimewa karena di dalamnya Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Sudah seharusnya sebagai umat Islam kita harus mengetahui pentingnya mentadabburi Al-Qur’an.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).

Ayat ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara Ramadan dan Al-Qur’an. Oleh karena itu, salah satu cara mengisi Ramadan adalah dengan mempersiapkan diri untuk mentadaburi ayat-ayat Allah. Tadabbur Al-Qur’an bukan sekadar membaca, melainkan merenungkan, memahami, dan mengamalkan kandungannya.

Hubungan Puasa dan Tadabbur Al-Qur’an

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan puasa di bulan Ramadan setelah menyebutkan bahwa Ramadan adalah bulan Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa salah satu hikmah puasa adalah mempersiapkan diri untuk mentadaburi Al-Qur’an. Ketika seseorang berpuasa, hawa nafsunya terkendali, setan pun sulit menggoda, sehingga hati lebih tenang dan siap menerima hidayah dari Al-Qur’an.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ
“Puasa adalah perisai.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan puasa, seorang hamba lebih mudah untuk fokus dan khusyuk dalam mentadaburi Al-Qur’an.

Teladan Rasulullah dalam Tadabbur Al-Qur’an

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau mencapai puncaknya di bulan Ramadan. Salah satu bentuk kedermawanan beliau adalah dengan memperbanyak interaksi dengan Al-Qur’an. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma bahwa Jibril ‘Alaihissalam datang setiap malam di bulan Ramadan untuk mengajari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca Al-Qur’an.

Para salafush shalih juga memberikan contoh yang luar biasa dalam mentadaburi Al-Qur’an. Imam Malik Rahimahullah, misalnya, meninggalkan majelis hadisnya di Masjid Nabawi selama Ramadan untuk fokus pada Al-Qur’an. Beliau dan ulama lainnya memahami bahwa Ramadan adalah waktu terbaik untuk memperbanyak membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an.

Tadabbur Al-Qur’an: Bukan Sekadar Membaca

Salah satu masalah yang sering terjadi adalah banyak orang hanya fokus pada membaca Al-Qur’an tanpa memahami maknanya. Padahal, tujuan utama Al-Qur’an diturunkan adalah untuk ditadaburi dan diamalkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah, agar mereka mentadaburi ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.* (QS. Shad: 29).

Membaca Al-Qur’an dengan tartil dan tajwid yang baik adalah langkah awal. Namun, langkah selanjutnya adalah mentadaburi maknanya, merenungkannya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here