LANGSA – Selain bantuan makanan primer, seperti makan pokok 3 kali sehari. Sekitar 670 jiwa Pengungsi Rohingya yang terdampar di Langsa, Aceh, juga dapat menikmati makanan dan minuman ringan seperti mie instan, kopi dan teh serta makan cemilan lainnya di Posko Hangat yang didirikan relawan Lembaga Kemanusiaan Dompet Dhuafa.
Demikian disampaikan penanggungjawab lapangan Eka Suwandi, Koordinator Lapangan Posko Solidaritas Muslim Rohingya dari Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, kepada KBK di Langsa seusai evaluasi harian kegiatan posko solidaritas tersebut, Selasa (27/5/2015).
Menariknya dari Posko Hangat ini, pengungsi Rohingya diberikan kebebasan untuk memasak sendiri mie dan minuman yang mereka kehendaki. Ajang memasak ini sekaligus kursus memasak bagi mereka, karena hampir seluruh pengungsi belum bisa memnggunakan kompor gas dan peralatan masak lainnya.
Di posko hangat ini, terjadi kehangatan silaturrahmi antara pengungsi Rohingya dan relawan Dompet Dhuafa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Sumatera Utara seperti Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara (UMSU), UIN Sumatera Utara, Univeritas Samudra (Unsam), IAIN Zawiyah Cotkala.
Para relawan dengan senang hati mengajarkan para pengungsi mengajarkan memasak. “Kita contohin dan kemudian mereka membuat sendiri. Dan yang paling berkesan bagi mereka adalah cara menggunakan kompor gas,” ujar Dayat Hasugian, 22 tahun, relawan dari mahasia UIN Sumatera Utara.
Bagi Dayat, ini adalah pengalaman yang tak terlupakan. Ia sangat senang melihat para pengungsi yang dibimbingnya bisa masak sendiri, mencuci piring sendiri dengan menggunakan fasiltas posko hangat yang sudah disediakan secara mandiri. Karena kesan ini ia semakin bersemangat menjadi relawan, meski tanpa imbalan.