JAKARTA – Peristiwa penyerangan terhadap umat Muslim pada Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah, Jumat (17/07/2015) kemarin, menyisakan tanda tanya besar di benak warga Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua. Pasalnya sudah puluhan tahun warga Tolikara, Nasrani dan Muslim, hidup damai dan rukun.
Salah satu warga Karubaga, Nurbayanti (35 tahun), mengaku heran dengan surat edaran yang dikeluarkan Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang di antaranya mengungkit pelarangan kegiatan beribadah dan mengenakan jilbab, berhubung GIDI akan melaksanakan kegiatan seminar dan KKR tingkat internasional pada 13-19 Juli 2015. Surat itu dikeluarkan pada 11 Juli 2015.
Nurbayanti mengatakan, selama 20 tahun dia tinggal di Tolikara sejak tahun 1996, belum pernah ada pelarangan beribadah atau mengenakan jilbab. “Ini baru pertama kalinya. Makanya saya heran kok bisa. Sebelumnya tidak pernah ada larangan jilbab apalagi salat,” kata Nurbayanti dikutip dari Kiblat.net, kemarin.
Nurbayanti melanjutkan, suasana kehidupan antar umat beragama di Tolikara sangat kondusif dan toleran. Bahkan GIDI sebagai komunitas beragama di Tolikara mengizinkan pembangunan rumah ibadah dan pelaksanaan kegiatan beragama.
Jika ada salah satu umat beragama yang akan melaksanakan hari raya, maka umat beragama lainnya akan saling mengunjungi. Hal ini dilakukan untuk menjaga kerukunan satu sama lain.
“Sesama tetangga ya saling silaturahim, waktu Natal kemarin saya ke sana. Bahkan kemarin (sebelum Idul Fitri), tetangga memberikan kami hadiah makanan dan minuman,” kata Nurbayanti.
Bertepatan pada Hari Raya Idul Fitri 1436 H, kaum Muslimin di Tolikara diserang oleh ratusan massa dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI). Aparat berupaya menghalau masssa dan memberikan tembakan peringatan tapi tak digubris. Massa yang datang semakin bertambah banyak hingga mencapai seribuan orang itu kemudian membakar dan menjarah kios dan tempat tinggal warga.
Akibat kejadian itu, Masjid Baitul Muttaqin di Karubaga Kabupaten Tolikara hangus terbakar, 70 rumah dan kios juga ludes dilalap api. Sebanyak 12 orang terluka dan 153 orang terpaksa mengungsi.