GAZA – Dokter gawat darurat Razan Al-Nahhas menghadapi situasi tragis setiap hari di Gaza saat ia berjuang merawat gelombang korban luka akibat konflik yang terus berlangsung.
“Tidak ada cara untuk benar-benar mengekspresikan emosi, trauma yang Anda rasakan saat itu, melihat anggota keluarga yang hancur, menangisi jenazah anak-anak mereka, keluarga mereka, kerabat mereka. Tidak mungkin mereka bisa mempersiapkan saya untuk itu, meskipun mereka sudah berusaha,” kenang Al-Nahhas.
Ia juga menjelaskan tantangan berat ketika harus memutuskan pasien mana yang akan diselamatkan di tengah jumlah korban yang membludak di Rumah Sakit Aqsa al-Shuhada, Deir al-Balah.
“Hanya perasaan nyaris putus asa ketika kalian di sana, karena melihat pasien-pasien ini, yang sangat ingin kalian rawat, dan kalian tahu kalian tidak bisa melakukannya,” ungkapnya.
Kondisi ini diperburuk oleh pemboman terus-menerus dari pihak Israel serta pembatasan bantuan kemanusiaan yang membuat layanan medis terhambat.
“Sebagai penyedia layanan kesehatan, kami seharusnya merawat setiap pasien, tetapi dengan keterbatasan sumber daya dan jumlah korban yang sangat banyak, Anda ditempatkan dalam posisi tanpa pilihan, dan itu adalah perasaan yang belum pernah saya alami sebelumnya,” tuturnya.
Mengenai bantuan yang diterima, Al-Nahhas menambahkan bahwa pengiriman bantuan sangat terbatas dan tidak konsisten.
“Kadang ada bantuan yang sampai, tetapi jumlahnya sangat minim dan tidak cukup untuk kebutuhan besar kami,” jelasnya.
Terkait surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terhadap Netanyahu dan Gallant, Al-Nahhas menyatakan niatnya untuk bersaksi di hadapan ICC. Ia merasa memiliki tanggung jawab moral sebagai saksi langsung atas genosida yang terjadi.
“Mereka tidak mengizinkan pers asing. Mereka tidak mengizinkan penyidik. Mereka benar-benar tidak mengizinkan siapa pun masuk untuk menyaksikan ini, jadi bagi kami yang telah masuk, sudah menjadi tugas dan kewajiban kami untuk memberikan kesaksian, dan saya benar-benar ingin melakukan itu,” tegasnya.
Dalam konferensi pers yang dihadiri Al-Nahhas, mantan juru bicara Departemen Luar Negeri, Hala Rharrit, menyebut bahwa banyak politisi tidak tergerak oleh bukti-bukti genosida yang dilakukan Israel di Gaza. Hal ini, menurutnya, disebabkan oleh pengaruh kelompok kepentingan di Washington.
“Politisi kita tidak lagi memilih berdasarkan tuntutan konstituen mereka. Mereka tidak lagi memilih berdasarkan apa yang baik bagi Amerika,” katanya.
Rharrit juga memperingatkan bahwa pendekatan ini membahayakan rakyat Amerika dan mengesampingkan kepentingan nasional yang sebenarnya.