Siap-siap antisipasi gejolak di Timur Tengah

0
157
AL AS mengirim kapal induk USS Gerald Ford seharga 18 miliar dollar AS (sekitar Rp295 triliun) ke Timur Tengah untuk mengantisipasi eskalasi ketegangan antara Iran dan Israel.

SITUASI tak menentu mewarnai kawasan Timur Tengah pasca kematian tokoh kunci Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran (31/7), diduga akibat ledakan bom yang dipasang di kamarnya oleh agen-agen Israel Mossad.

Semula muncul spekulasi, Israel menggunakan rudal jarak jauh atau pesawat nirawak untuk menyasar Haniyeh yang berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden baru Iran sehari sebelumnya (31/7), namun kemudian prediksi bergeser, bom ditanam agen-agen Mossad (intelijen Israel) di kamar Haniyeh sejak dua bulan sebelumnya.

Sejumlah pengamat menilai, serangan yang dilancarkan ke  “jantung” Iran tersebut (ibu kota Teheran) merupakan peringatan serius dari Israel, tidak ada tempat aman bagi musuh-musuhnya.

Insiden tersebut,  menurut NYT,  membuat pejabat tinggi militer Iran shock karena merasa kecolongan dan membuat pamor negara itu sebagai kekuatan penyeimbang melawan Israel anjlok.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Khameni pun berang dan setelah memimpin rapat darurat Dewan Kemanan Nasional seperti dilaporkan the New York Times (NYT) mengutip informasi dari sumber anonym, langsung memerintahkan serangan balik ke Israel.

Israel sebelumnya juga melancarkan serangan udara mematikan menyasar  konsulat Iran di Damaskus, Suriah awal April lalu yang menewaskan 11  orang termasuk tiga perwira tinggi a.l  Brigjen Moh. Reza Zahedi, pejabat paling senior satuan elite Al-Quds, Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

Pimpinan AL-Quds lainnya, Jenderal Qassem Suleimani sebelumnya tewas diserang dron Israel di Bahgdad, Irak pada   Januari 2020.

Untuk mengantisipasi eskalasi ketegangan di kawasan Timur Tengah mengacu pada perkembangan terakhir, Menhan  AS Lloyd Austin mengatakan, Minggu (8/10) bahwa ia telah memerintahkan gugus tugas penyerang dari kapal induk USS Gerald R. Ford bertolak ke wilayah timur Laut Tengah untuk bersiap-siap mnantisipas kemungkinan eskalasi ketegangan di sana.

USS Gerald R. Ford, kapal induk terbaru AL AS AS dengan sekitar 5.000 pelaut serta 75 pesawat tempur dikawal  sejumlah kapal penjelajah dan kapal perusak menyusul serangan rudal milisi Houthi berbasis di Yaman ke Tel Aviv sekitar medio Juli lalu dan juga perkembangan terakhis pasca kmatian Haniyeh.

Jika perang pecah antara Iran bersama perpanjangan tangan atau proksinya (Hamas, Houthi dan Hezbollah) melawan Israel, tidak mustahil akan menyeret negara-negara lainnya seperti AS besama kekuatan NATO di belakang Israel, sebaliknya China dan Rusia  mendukung Iran.

Imbauan pada WNI

Sementara untuk mengantisipasi kemungkinan perang, Kemenlu RI mengimbau WNI untuk  tidak bepergian ke Lebanon, Iran, dan Israel.

Imbauan ini dikeluarkan Kemenlu RI menyusul situasi Timur Tengah yang semakin memanas setelah petinggi Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di Iran, Rabu (31/7) lalu.

Mencermati perkembangan kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini, demi keselamatan dan keamanan, Kemenlu mengimbau pada WNI untuk sementara menunda perjalanan ke Lebanon, Iran dan Israel, sampai kondisi keamanan membaik.

Kemenlu juga meminta para WNI yang berada di sekitar wilayah potensi konflik di Timur Tengah agar selalu waspada dan mengikuti setiap arahan dari perwakilan RI setempat.

“Khusus bagi WNI di wilayah Lebanon diimbau untuk  segera meninggalkan wilayah Lebanon,” tulis Kemenlu RI.

WNI yang membutuhkan bantuan dapat menghubungi hotline: 1. KBRI Beirut: +961 7 0817 310 2. KBRI Tehran: +989 0 2466 8889 3. KBRI Amman: +962 7 7915 0407 4 dan Direktorat Pelindungan WNI: +62 812 9007 0027.

Tidak ada yang bisa memastikan, perang bakal pecah atau sebaliknya, kematian Haniyeh bahkan membuka pintu perdamaian karena pihak-pihak berseteru sudah lelah menghadapi konflik berkepanjangan. (berbagai sumber/ns)

 

 

 

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here