
RAFAH – Rezim pendudukan Israel memulai serangan intensif terhadap Kota Rafah di Gaza selatan pada Senin (12/2/2024) pagi.
Otoritas kesehatan di Rafah melaporkan lebih dari 100 warga sipil tewas akibat tindakan tragis militer Israel, sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Sementara, ratusan lainnya mengalami luka serius dan langsung dilarikan ke berbagai rumah sakit di Kota Rafah.
Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mencatat, serangan udara sengit Israel di pusat kota Rafah mengenai rumah-rumah di sekitar kantor PRCS.
Direktur Rumah Sakit Kuwait di Kota Rafah, Suhaib Al-Hams, menyatakan bahwa rumah sakit mengalami kesulitan dalam menangani pasien parah serta kekurangan obat dan persediaan.
Pesawat tempur Israel melancarkan sekitar 40 serangan udara, menyerang rumah-rumah dan masjid yang menampung para pengungsi.
Penembakan artileri dan pemboman lewat jalur laut juga terjadi di Rafah. Kendaraan sipil membawa korban tiba di Rumah Sakit Kuwait, sementara ratusan orang dievakuasi ke sana untuk melindungi diri dari serangan.
Masjid yang diincar oleh pasukan Israel termasuk Masjid Al-Rahma di Shaboura dan Al-Huda di kamp pengungsi Yibna, yang keduanya menampung ratusan keluarga pengungsi dan lebih dari 14 rumah berpenghuni. Serangan udara Israel juga meluas ke wilayah dekat perbatasan Mesir.
Sejak awal agresi, sekitar 1,4 juta warga dan pengungsi internal berada di Rafah setelah pemaksaan pindah oleh pasukan Israel dari Gaza utara ke selatan.
Pada hari ke-129 agresi, pasukan Israel terus menyerang Gaza melalui darat, laut, dan udara, menewaskan lebih dari 28.176 orang dan melukai 67.784 lainnya.
Ribuan korban lainnya terjebak di bawah reruntuhan, sementara tim penyelamat dicegah oleh pasukan Israel untuk menjangkaunya.
Lebih tragis lagi, agresi ini memaksa hampir dua juta orang mengungsi dari seluruh wilayah di Jalur Gaza. Sebagian besar mengarah ke Kota Rafah yang padat penduduk, menjadikannya eksodus massal Palestina terbesar sejak peristiwa Nakba 1948.