Warga Sipil jadi Korban Paling Banyak di Yaman

0
308

JAKARTA–Deputi Sekretaris Jenderal PBB Bidang Hak Asasi Manusia, Ivan Simonovic
mengatakan, sebagian besar korban tewas dalam konflik bersenjata di
Yaman adalah warga sipil. Baik Saudi yang merupakan pimpinan koalisi,
maupun milisi Houthi, dianggap bertanggungjawab atas tragedi ini.

“Lebih dari 600 orang  tewas dalam konflik ini, lebih dari setengahnya adalah warga sipil. Hal ini yang menjadi perhatian kita,” ujat Ivan sebagaimana dilansir Al Jazeera, Senin (
13/4/2015).

Ivan menilai, saat ini kedua belah pihak masih belum bisa menahan diri dalam menetapkan sasaran peluru mereka. “Kami sangat prihatin tentang hal itu,” katanya. Menurut Ivan, jika itu terus dibiarkan, bukan tidak mungkin krisis kemanusiaan yang akut akan terjadi di Yaman.

Sebagaimana diketahui, sembilan negara Arab yang dipimpin oleh Arab Saudi melancarkan serangan udara pada pemberontak Syiah pada 26 Maret lalu. Serangan itu dilakukan setelah pemberontak menyerbu istana presiden di ibukota Sanaa, dan menahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dalam tahanan rumah.

Pemberontak Houthi, menuntut reformasi politik di Yaman dan berusaha merebut Sanaa untuk meluaskan kendali mereka di seluruh Yaman. Milisi ini juga didukung oleh tentara yang masih setia dengan mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh.

Koalisi yang dipimpin Saudi ini didukung oleh Amerika Serikat. Amerika juga memasok senjata dan pesawat tanpa awak untuk menggempur milisi Al Qaeda yang juga berada di Yaman.

Sementara itu, organisasi-organisasi kemanusiaan juga tengah berupaya untuk membawa bantuan ke negara itu. Namun demikian, suasana di Aden yang semakin memburuk membuat bantuan kemanusiaan mengalami hambatan. “Toko-toko ditutup. Kami memiliki masalah makanan,” kata Marie-Elisabeth Ingres, dari Doctor without Borders (MSF) perwakilan Yaman keada Aljazeera.

Di tempat terpisah, Metaz al-Maisuri, seorang aktivis yang tinggal di Aden, mengatakan dampak dari peperangan ini mengakibatkan pelayanan publik seperti sekolah, dan fasilitas umum lainnya terhenti. Warga pun melakukan eksodus, menghindari area merah.”Hidup warga menjadi sangat sulit dan rumit. Mereka tidak bisa lagi mendapatkan makanan yang mereka butuhkan,” katanya.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here