
WARGA di hampir seluruh Prancis ramai-ramai turun ke jalan menggelar aksi bertajuk “Block Everything” (blokir semuanya) untuk memprotes kebijakan pajak Presiden Emmanuel Macron yang membebani rakyat.
CNN melaporkan, unjuk rasa yang mulanya digaungkan di medsos Facebook, lalu menyebar dan memicu publikmelakukan unjuk rasa ke jalan. Diperkirakan 197.000 demonstran ikut memprotes kebijakan Macron.
“Kami ingin layanan publik yang efektif, pajak yang lebih besar untuk orang kaya, dan lebih kecil untuk orang miskin, serta distribusi kekayaan yang adil,” kata seorang pendemo Jean-Baptiste (30), dikutip AFP.
Sebelumnya pemerintah melakukan pemotongan layanan sosial dan mengusulkan langkah-langkah penghematan yang membebani warga kelas menengah Prancis.
Prancis berada di bawah tekanan untuk menurunkan defisit anggaran yang hampir dua kali lipat pagu tiga persen di negara-negara anggota Uni Eropa serta akauamulasi utang setara 114 persen dari PDB.
Tak hanya soal kebijakan, warga juga memprotes penunjukan Perdana Menteri baru Sebastien Lecornu – loyalis Macron sejak 2017 – usai PM sebelumnya resmi lengser melalui voting mosi tidak percaya.
“Penting mengambil tindakan sekarang juga. Macron tidak peduli dengan rakyat Prancis,” kata pengunjuk rasa, Marie, dikutip France24.
Ia lalu berujar, “Saya pikir sulit menunjuk seseorang dari kalangan sendiri, apalagi sebelum bertemu dengan pimpinan partai dan oposisi serta melihat apa yang akan dihasilkan dari gerakan hari ini.”
Seruan agar Macron mundur dari kursi kepresidenan juga menggema di unjuk rasa kali ini.
“Sama saja masalahnya, Macron lah masalahnya, bukan para menteri. Dia harus mundur!” kata salah satu demonstran Fred.
Bentrok polisi dan pendemo
Bentrok antara polisi dan pengunjuk rasa juga terjadi di sejumlah titik. Di Paris, polisi anti huru hara secara berkala menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa, sementara itu dilaporkan, hampir 200 orang ditahan di Paris.
Kementerian Dalam Negeri Prancis mencatat polisi menangkap ratusan orang dalam unjuk rasa ini dan 415 diantaranya masih ditahan.
Di negara negara Uni Eropa yang demokrasinya relatif jauh lebih mapan, aksi demo adalah peristiwa sehari-hari karena merupakan hak rakyat yang dijamin konstitusi.
Unjuk rasa berlangsung damai, tidak ada aksi para penyusup yang hendak bebuat anarkis karena polisi jauh-jauh hari sudah mengantisipasinya dan melaksanakan fungsinya melindungi para pendemo.
Memang terkadang bentrok antara pendemo dan polisi tak terelakkan jika polisi menganggap ulah pendemo sudah melanggar ketentuan, sebaliknya pendemo menganggap tindakan polisi berlebihan. (CNN/AFP/ns)



