35,8 juta warga mengidap diabetes

0
165
Para ortu harap mewaspadai anak-aaknya mengosumsi gula berlebihan sehingga memicu penyakit gula yang berujung gagal ginjal.

KEMAJUAN ekonomi di sisi lain juga berdampak buruk karena dimanfaatkan oleh indusri makanan lahan termasuk produk rumahan berlomba-lomba menawarkan aneka produk makanan yang sebagian tidak baik bagi kesehatan.

Naiknya daya beli masyarakat membuat mereka tidak hanya mengosumsi makanan pokok (nasi)  tetapi juga ragam camilan dan minuman kemasan mengandung zat pemanis dengan berbagai gimmick-gimmick dan gencarnya iklan sehingga membuat anak keranjingan.

Akibatnya, seperti yang diungkapkan oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin, 35,8 juta jiwa atau sekitar 13 persen dari total populasi Indonesia (275,4 juta) mengidap penyakit gula atau diabetes melitus (DM).

“Keadaan ini jika tidak ditangani secara berkelanjutan, bisa menjadi penyakit kronis, “ kata Menkes seraya menambahkan,  cara mengeceknya paling mudah, dari ukuran jins di atas 34.

Budi berharap pada para orang tua untuk mengawasi anak-anak agar mulai mengurangi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula, sebagai pencegahan timbulnya penyakit kronis.

“Anak-anak sekarang minumnya gula semua. Itu yang harus dikurangi. kembali ke tanpa gula,” ujarnya.

Banyaknya konsumsi gula pada makanan dan minuman, lanjut Budi, berkelindan dengan kasus anak yang harus menjalani cuci darah karena mengalami kegagalan ginjal.

Menkes untuk itu meminta agar konsumsi gula dikurangi sesui batas aman demi menekan risik penyakit mengingat tren makanan saat ini membuat anak terbiasa mengonsumsi asupan berkadar gula tinggi.

Idealnya konsumsi gula per hari maksimal empat sendok teh, sehngga jika lebih dari itu berpotensi merusak ginjal, berujung melonjaknya arus kasus cuci darah pada anak saat ini.

“Untung Jawa Barat kalau minum teh, pahit. Ini harus dicontoh. Jadi kalau bisa jangan pakai gula,” ucapnya.

 Peran ortu

Sementara Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan, peran orangtua dan keluarga sangat penting untuk mengingatkan agar mengkonsumsi makanan dan minuman sehat dengan mengurangi konsumsi gula, garam dan lemak berlebih.

Bey juga mendesak Kemenkes dan pihak terkait untuk segera menerapkan label khusus pada makanan dan minuman kemasan, guna mencegah munculnya lonjakan kasus anak cuci darah yang angkanya terdeteksi tinggi.

Mengacu pada PP 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, Kemenkes, menurut Bey,   bisa segera menerapkan penandaan khusus pada makanan dan minuman terkait kandungan gula, garam, lemak (GLG).

Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis (gula) merupakan gangguan metablisme ditandai naiknya kadar gula dalam darah daam jangka wakau lama dengan gejala sering buang air kecil, rasa haus dan makan meningkat.

Jika tidak diobati, diabetes dapat menyebabkan ragam komplikasi seperti ketoasidosis diabetik, hiperglikemik hyperosmolar (kematian), juga komplikasi jangka panjang, kardiovaskular (sakit jantung), stroke, penyakit ginjal kronis, borok kaki, kerusakan syaraf dan mata serta gangguan kognitif. (ANTARA/ns)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here