Obesitas pada Anak Berisiko Picu Kanker, Ini Penjelasan Ahli

0
42

JAKARTA – Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr. I Dewa Gede Ugrasena, Sp.A(K), menyatakan bahwa obesitas berpotensi meningkatkan risiko kanker pada anak karena dapat menyebabkan peradangan kronis dalam tubuh.

“Jadi obesitas itu diidentifikasi sebagai faktor risiko. Kita tahu bahwa obesitas itu banyak lemak, itu peradangan kronis. Jadi kelebihan jaringan lemak pada tubuh dapat menyebabkan kronik inflamasi, peradangan kronis ya,” kata Prof. Ugra dilansir dari Antara.

Ia menjelaskan bahwa proses peradangan ini menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan sel-sel abnormal, yang berpotensi berkembang menjadi kanker. Selain itu, obesitas juga mengganggu keseimbangan hormon dan metabolisme, serta meningkatkan kadar insulin dalam tubuh.

“Jadi yang kita tahu bahwa insulin dan insulin growth factor ini, keduanya berperan di dalam pertumbuhan sel. Jadi, gangguan ini bisa meningkatkan risiko terjadinya mutasi atau proliberasi yang tidak terkendali nanti yang bisa menyebabkan timbulnya kanker,” jelasnya.

Namun, Prof. Ugrasena menegaskan bahwa hubungan langsung antara obesitas dan kanker pada anak masih memerlukan penelitian lebih lanjut karena masih terbatasnya studi yang membahas keterkaitan antara keduanya.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam mendukung anak penderita kanker.

Ia juga menyoroti pentingnya deteksi dini serta upaya pencegahan dengan menjaga gaya hidup sehat agar anak tidak mengalami obesitas, yang bisa menjadi salah satu faktor pemicu kanker.

Sementara itu, Ketua UKK Hemato Onkologi IDAI, dr. Eddy Supriyadi, Sp.A(K), Ph.D, menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungan antara obesitas dan kanker pada anak.

“Kita perlu studi, nah untuk itu kita akan perlu pentingnya registrasi secara nasional. Termasuk kalau status gizi yang normal, underweight, atau obesity, itu seberapa besar yang kita temui pada populasi kanker,” kata Eddy.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here